Sabtu, 24 November 2012

Serupa Tapi Tak Sama


Selama ini rok identik dengan perempuan.

Eits, belum tentu. Karena selama ini, banyak loh model pakaian yang menyerupai rok yang juga kerap dipakai oleh pria. Misalnya nih, kain songket yang biasa dipakai untuk menemani beskap dalam pakaian tradisional Jawa dan dipakai untuk acara-acara formal. Selain di Indonesia, negara lain juga punya pakaian sejenis yang juga dipakai pria, yaitu kilt yang berasal dari negeri Skotlandia.
 




Walau bentuk dan motifnya mirip rok seragam sekolah swasta, kilt ini merupakan sesuatu yang 'pria' banget, loh. Buktinya, kilt selama beratus-ratus tahun memang hanya digunakan oleh para pria dan anak laki-laki baik untuk acara formal maupun nonformal.

Kilt merupakan pakaian yang digunakan sebagai bawahan dan memiliki panjang selutut. Kilt memiliki motif tartan dan berasal dari bahan wol. Sejarah pakaian ini bermula dari abad ke-16 dan semakin berkembang dan meluas hingga memengaruhi juga budaya orang Celtic dan Gaelic pada sekitar abad ke-19. Nama kilt sendiri berasal dari bahasa Skotlandia asli yang berarti 'dililitkan  pada tubuh', sesuai dengan cara pemakaiannya.

Pada mulanya, kilt merupakan pakaian menyerupai jubah yang menutupi hampir seluruh bagian tubuh. Bagian atas dari kilt dapat digunakan sebagai hoodie. Seiring dengan berkembangnya waktu, kilt akhirnya mengalami proses perubahan, dan kilt 'modern' yang dikenal sekarang baru berkembang pada akhir abad ke-17 dan awal abad ke-18.

Kilt seringkali digunakan dalam acara-acara resmi atau tradisional Skotlandia, seperti menari dan memainkan alat musik, seperti bagpipe.

Nah, setelah tahu sejarah dan seluk beluknya, kilt juga bisa menjadi sumber inspirasi yang seru! Coba deh, beberapa tips yang mimin bagikan di bawah ini. Motif tartan yang sudah 'ramai' akan sangat sophisticated apabila dipaduka dengan atasan polos dan berani bermain warna. Hasilnya? Awesome!


 
Images supported by polyvore.com

Sabtu, 10 November 2012

Cerita di Balik Logo

Setiap produk pasti memiliki target pasar dan tujuannya masing-masing. Oleh karena itulah, setiap produk yang kita temui pasti memiliki slogan, setidaknya logo yang merepresentasikan ciri khas dan keunikan masing-masing. Mungkin kita hafal dan sering melihat, tapi, apakah kita mengerti makna tersembunyi di balik logo-logo tersebut? Mimin memilih 5 di antara produk yang sangat dekat dengan kita. Yuk kita intip!


Logo Sony Vaio dengan huruf V dan A dengan garis yang menyatu bermakna gelombang suara analog. Sementara huruf I dan O bermakna dua angka biner (1) dan (0). Kesemuanya sebagai penanda era digital masa kini.


Tanda panah pada bagian bawah huruf A dan Z dalam lambang situs Amazon.com menandakan bahwa situs tersebut menyediakan dan menjual segala jenis barang yang dibutuhkan konsumen, mulai dari otomotif, perlengkapan bayi, rumah tangga, hingga elektronik. Selain itu juga, tanda panah yang melengkung ke bawah menandakan sebuah senyuman, berarti bahwa Amazon.com memberikan kemudahan dan kebahagiaan bagi penggunanya.



Siapa yang nggak tahu Toblerone? Cokelat batangan berbentuk segitiga ini berasal dari sebuah kota di Swiss bernama Bern. Bern dikenal sebagai Kota Beruang. Dan karena Swiss merupakan negara yang dikelilingi pegunungan, pada bagian kiri logo ada sebuah gambar gunung dengan seekor beruang sedang memanjatnya. Logo tersebut sebagai penanda bahwa dari negara mana dan dari kota mana cokelat tersebut berasal.



Tanda panah yang terletak di antara huruf E dan X dalam logo FedEx, menandakan kecepatan dan keefisienan perusahaan tersebut dalam bekerja. Dan tanda panah bergerak ke arah kanan, menandakan bahwa FedEx terus berjalan ke depan, bukannya ke arah sebaliknya.


Kenapa tulisan dalam logo Baskin Robbins berbeda warna? Tulisan pink dalam logo Baskin Robbins menandakan angka 31, penunjuk atas variasi rasa es krim mereka yang terdiri dari 31 rasa berbeda. Buat kamu-kamu yang pernah nyobain, boleh dihitungin satu-satu rasanya, bener nggak ada 31 varian yang berbeda hihi.

Nah, bagaimana? Sekarang sudah tahu, kan? Apa di antara penjelasan ini tebakan kalian ada yang benar? :D

Sabtu, 03 November 2012

Kaos Sebagai Media Kampanye

Kaos.

Selain manfaat primernya sebagai pakaian yang menutupi bagian tubuh, secara filosofis (duileh) ternyata kaos juga memiliki manfaat lain yang ternyata secara tidak sadar bisa menjadi medium yang efektif, loh!

Masih inget kaan di beberapa postingan yang lalu mimin sempat membahas tentang makna filosofis di balik tagline U Are U-nique-nya KaosaKu? Selain sebagai medium untuk berkomunikasi, menunjukkan identitas dan ciri khas penggunanya, kaos juga bisa menjadi salah satu medium efektif untuk berkampanye! Gak percaya?

Kalau lagi zaman-zamannya pemilu atau pilkada, pasti sudah tahu doong kalau partai atau calon tertentu biasanya membagi-bagikan kaos gratis supaya calon tersebut bisa menjadi pejabat yang terpilih? Itu menjadi salah satu fungsi turunan kaos sebagai alat untuk berkampanye. Biasanya kaos tersebut dicetak dengan wajah-wajah sang calon diikuti dengan tagline mereka. Dan seberapa banyak masyarakat yang menerima kaos tersebut bisa menjadi tolak ukur seberapa besar pemilih yang akan memilihnya pada hari H.

Selain dalam kampanye pilkada dan pemilu, kaos juga digunakan untuk kampanye-kampanye sosial, loh. Entah itu bertujuan untuk meningkatkan kesadaran diri masyarakat maupun untuk mengajak masyarakat melakukan perubahan.

Contohnya adalah seperti yang dikutip dari situs Rare Planet, kaos digunakan sebagai meningkatkan kesadaran dan optimisme petani untuk mengembangkan pertanian. Kaos yang didesain cukup catchy dengan tulisan "Bertani di Kebun Sendiri" dengan gambar visual seekor orangutan mengenakan topi caping dan mengacungkan jempolnya. Meskipun sederhana, kaos tersebut memiliki makna yang lebih dari sekedar "kaos".

Image Link

Disadari atau tidak, dengan beberapa pendekatan, keefektifan kaos sebagai medium kampanye yang menyampaikan pesan secara implisit bisa dikatakan lebih efektif dibandingkan dengan cara lain yang secara eksplisit. Misalnya saja begini. Kita ingin masyarakat peduli dengan lingkungan dan tidak buang sampah sembarangan. Lalu kita menjelaskannya dengan melarang ini-itu. "Jangan buang sampah di sini" atau "Jangan membuat rusak lingkungan" mungkin akan kurang efektif dibandingkan kita menjelaskan tentang global warming. Tentang keadaan bumi kita saat ini. Tentang fakta-fakta lingkungan yang menyedihkan dan efek perbuatan buruk manusia terhadap lingkungan. Dibandingkan melarang, kita membuat masyarakat peduli dulu terhadap apa yang terjadi di lingkungan sekitar.

Cara kerja kaos sebagai alat kampanye pun seperti itu. Menyampaikan pesan secara implisit terhadap yang menggunakan mau pun yang melihatnya. Contoh lainnya adalah kaos ini:

Image Link
Tulisan dari kaos tersebut hanyalah "Bike Can Be Fun." Hanya dengan satu kalimat itu, kita bisa mengacu pada beberapa banyak hal. Pertama, bersepeda menyenangkan karena baik untuk kesehatan. Kedua, bersepeda juga baik untuk mengurangi polusi udara. Ketiga, dikaitkan dengan polusi udara, kita bisa mengaitkannya dengan isu global warming. Karena global warming, kesadaran lingkungan harus ditingkatkan. Harus hemat energi... Jangan buang sampah sembarangan... Lakukan penghijauan... dst dst. Hanya dengan satu kaos ini saja, kita bisa meng-cover dua buah isu besar, yaitu kesehatan dan lingkungan.

Kaos sebagai alat kampanye juga didukung oleh pendekatan visual yang matang. Sebagian masyarakat Indonesia masih kurang peka terhadap kebiasaan membaca. Apabila disuruh membaca sebuah artikel yang panjang dengan membaca poster, mungkin kebanyakan akan memilih membaca poster saja. Dengan menonjolkan unsur visual, kita bisa lebih banyak berbicara dibandingkan menulis banyak kata-kata. Oleh karena itulah, kaos untuk kampanye sebaiknya didesain se-catchy dan semenarik mungkin agar pesan yang ingin disampaikan tersalurkan dengan baik melalui cara yang menyenangkan :)